-
Manajemen berhubungan dengan usaha menanggulangi kompleksitas, sedangkan manajerial menanggulangi perubahan.
-
Manajemen berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi kompleksitas, sedangkan manajerial mengenai penentuan arah perubahan melalui pembentukan visi.
-
Manajemen mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan rencana melalui pengorganisasian dan penyusunan staf, sedangkan manajerial mengarahkan orang untuk bekerja berdasarkan visi.
-
Manajemen menjamin pencapaian rencana melalui pengendalian dan pemecahan masalah, sedangkan manajerial memotivasi dan mengilhami orang agar berusaha melaksanakan rencana.
Di
atas sudah dijelaskan mengenai perbedaan antara manajemen dan
manajerial. Tentunya antara manajer selaku orang yang melaksanakan
aktivitas manajemen dan pemimpin yang melaksanakan manajerial juga
memiliki beberapa perbedaan. Dalam konteks TQM, manajer yang sukses
adalah manajer yang dapat menggabungkan karakteristik manajer dan
pemimpin secara tepat. Berikut ini adalah perbandingan antara pemimpin
dan manajer : 1) Manajer mengelola; pemimpin melakukan inovasi; 2) Managers are copies; leaders are originals; 3) Manajer
memelihara; pemimpin mengembangkan; 4) Manajer berfokus pada sistem dan
struktur; pemimpin berfokus pada manusia; 5) Manajer mangandalkan
pengendalian; pemimpin mengilhami; 6) Manajer menggunakan pandangan
jangka pendek; pemimpin menggunakan pandanganjangka panjang; 7) Manajer
menekankan aspek bagaimana dan kapan; pemimpin aspek apa dan mengapa; 8)
Manajer manerima status quo; pemimpin menantangnya; 9) Manajer
melakukan sesuatu dengan benar; pemimpin melakukan sesuatu secara
tepat. Terdapat sejumlah perbedaan tugas pemimpin dibandingkan dengan
manajer dalam manajemen kualitas. Perbaikan terus-menerus pada produk,
pelayanan, dan proses dapat dipercepat bila setiap tantangan menjadi
keadaan tetap setiap hari. Pemimpin dapat merumuskan atau menyusun
rencana dalam menghadapi tantangan dengan membentuk jawaban pada enam
pertanyaan yang fundamental.
Departemen
Pendidikan Nasional menjabarkan secara rinci tugas dan fungsi kepala
sekolah seperti yang tertuang dalam Pedoman Penilaian Kinerja Kepala
Sekolah (Depdiknas Prop. Jabar, 1999), yang biasa disingkat dengan EMASLIM (Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan motivator). Sebagai Pendidik (Educator), kepala
sekolah harus mampu membimbing dan mengembangkan kemampuan, baik bagi
dirinya sendiri, maupun bagi guru, karyawan, dan siswanya, sehingga
dicapai suasana kegiatan belajar mengajar yang dapat menghasilkan mutu
pendidikan yang memuaskan. Sejalan dengan hal ini, Adler (dalam Permadi, 1999 : 24) menegaskan bahwa : “The quality of teaching and learning that goes In a school is largely determind by the quality of principals leadership“.
(Mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah ditentukan oleh
sebagian besar mutu manajerial kepala sekolah). Sebagai Manajer, kepala
sekolah harus mampu menyusun program dan menggerakan stafnya, serta
dapat mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada di lingkungan
sekolahnya. Wardiman (1998 : 33) mengemukakan bahwa :
Manajer sekolah adalah pemimpin yang berhubungan langsung dengan
sekolah. Ia adalah panglima pengawal pendidikan yang melaksanakan fungsi
kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan pendidikan di dalamnya.
Suksesnya sebuah sekolah tergantung pada sejauh mana pelaksanaan misi
yang dibebankan di atas pundaknya, kepribadian dan kemampuannya dalam
bergaul dengan unsur-unsur masyarakat.
1. Perencanaan
Dalam
menyusun rencana sekolah yang baik, ada tahapan yang harus dikerjakan
kepala sekolah, yaitu : 1) Mengkaji kebijakan yang relevan; 2)
Menganalisa kondisi sekolah; 3) Merumuskan tujuan yang hendak dicapai;
4) Keterlibatan Komite Sekolah dan guru dalam merumuskan tujuan sekolah;
5) Mengumpulkan data dan informasi yang terkait; 6) Menganalisis data
dan informasi yang terkait; 7) Merumuskan alternative dan memilih
alternative program yang sesuai dengan kondisi sekolah; 8) Menentukan
skala prioritas dalam rencana sekolah; 9) Menindaklanjuti penetapan
langkah-langkah kegiatan pelaksanaan; 10) Membuat jadwal sosialisasi
kepada warga sekolah pada tahun pelajaran; dan 11) Melaksanakan evaluasi
program yang telah dilaksanakan.
2. Pengorganisasian Sekolah
Untuk
menjalankan program sekolah agar kegiatan itu berjalan sesuai dengan
yang diharapkan, maka terlebih dahulu hendaknya mengorganisasikan orang
yang akan melaksanakan supaya dapat bekerja dengan efektif dan efisien
serta tanggung jawab terhadap apa yang akan dikerjakannya. Gorton (dalam
Sagala, 2000: 4) mengemukakan bahwa sekolah adalah suatu sistem
organisasi yang terdapat sejumlah orang bekerja sama dalam rangka
mencapai tujuan sekolah, yang dikenal sebagai tujuan instruksional.
Sekaitan dengan pendapat tersebut, memberikan gambaran bahwa sekolah
sebagai satuan pendidikan terdepan yang berusaha mentransformasikan
ilmu, pengetahuan, ide, gagasan norma dan hokum, dan nilai-nilai kepada
siswa., hal ini memerlukan pengelolaan yang professional. Untuk dapat
mengelola sekolah secara professional sesuai dengan harapan pelanggan
diperlukan suatu tim (organisasi) yang kompak dari semua unsur yang
terkait dalam meningkatkan mutu layanan peningkatan pendidikan, karena
kualitas organisasi sekolah akan turut mempengaruhi output dari lembaga
tersebut.
3. Menggerakkan Warga Sekolah
Tugas
kepala sekolah selanjutnya adalah menggerkan orang-orang dalam
organisasi sekolah untuk bekerja secara optimal. Salah satu cara untuk
dapat mengaktifkan guru beserta staf yang lainnya adalah dengan melalui
sistem penerapan motivasi. Artinya tugas kepala sekolah pada tataran ini
adalah harus dapat merangsang, memberi keyakinan, menciptakan kondisi
agar semua warga sekolah terinspirasi untuk mengerjakan tugas yang telah
diberikan kepadanya.
Pada
prinsipnya orang akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu, jika
diberi : 1) Keyakinan akan kemampuan mengerjakan program sekolah; 2)
Keyakinan program tersebut memberi manfaat bagi dirinya; 3) Keyakinan
program sekolah dapat meningkatkan prestasi dan prestise warga sekolah;
4) Keyakinan melaksanakan program sekolah lebih penting dari aktivitas
sekolah lainnya; 5) Keyakinan tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi
dirinya; 6) Memotivasi guru melaksanakan program tersebut; 7) Keyakinan
bekerja berpedoman pada program sekolah akan memberikan hasil yang lebih
baik; 8) Keyakinan apabila ada hubungan antar teman dalam organisasi
akan harmonis.
4. Mengawasi Pembelajaran/Supervisi
Kegiatan
utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah
kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah
bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh
karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor,
yaitu melakukan supervise terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan. Sergoivani dan Sttarat (1993) (dalam Mulyasa, 2004: 111)
menyatakan bahwa : “supervision is a process desained to help
teacher and supervisor leam more about their practice; to better able to
use their knowledge ang skills to better serve parent and schools; and
to make the school a more effective learning community“.
Kutipan
tersebut menunjukkan bahwa supervise merupakan suatu proses yang
dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam
mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan
pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik
pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. Adapun cara
melaksanakan pengawasan agar berhasil baik ada beberapa prinsip dasar
yang harus diterapkan yaitu : 1) Supervisi diberikan berupa bantuan
(bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada pada tenaga
kependidikan; 2) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang
dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan
kesepakatan; 3) Instrumen dan metoda obeservasi dikembangkan bersama
guru dan kepala sekolah; 4) Mendiskusikan dan menafsirkan hasil
pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru; 5) Supervise dilakukan
dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak
mendengarkan serta menjawab pertanyaan dari pada memberi saran dan
pengarahan; 6) Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu :
pertemua awal, pengamatan dan umpan balik; 7) Adanya penguatan dan umpan
balik dari kepala sekolah sebagai supervisor sebagai perubahan prilaku
guru yang positif sebagai hasil pembinaan; dan 8) Dalam pelaksanannya,
kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip :
(1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis, (2) dilaksanakan
secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan (guru), (4)
dilakukan berdasarkan tenaga kependidikan (guru), dan (5) merupakan
bantuan professional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar