PROPOSAL PTK : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Melalui Strategi
Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SD........
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No.20,
Tahun 2003).
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di
atas, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan
dan pembelajaran di sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur,
mengarahkan dan mendorong siswa untuk mencari tahu tentang alam secara
sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pengajaran bidangpendidikan
IPA khususnya di SDdapat diartikan sebagai pengajaran yang mengenai
konsep kealaman atau pendidikan yang menyentuh aspek alam beserta
kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu
pengetahuan yang mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
Trianto (2006:100) mendefenisikan IPA sebagai pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur berlaku umum (universal)
dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Di samping itu
pengajaran bidang pendidikan IPA khusunya di SD dapat diartikan sebagai
pengajaran yang mengenai konsep kealaman atau pendidikan yang menyentuh
aspek alam beserta kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar.
Mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar
merupakan salah satu program pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat serta dapat memecahkan masalah danmembuat
keputusan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan
dengan pendapat Abruscato (Khairudin dan Soedjono, 2005: 15)
yangmenyatakan bahwa “IPA diajarkan di kelas dapat: 1)mengembangkan
kognitif siswa, 2)mengembangkan afektif siswa, 3) mengembangkan
psikomotorik siswa, 4) mengembangkan kreativitas siswa, 5) melatih
siswa berfikir kritis”.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 tujuan mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu: 1)
Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya, 2) Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep ilmu pengetahuan alam yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan rasa
ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang ada hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4)
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5) Meningkatkan kesadaran
untuk lingkungan alam, 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam
dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
dikatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat
mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik, kreativitas serta melatih
siswa dalam berpikir kritis dalam memahami fenomena-fenomena yang
terjadi di alam atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan
sekitar sehingga siswa dapat memecahkan masalah tentang isu-isu sosial
dalammasyarakat yang menjadi tantangan hidup dan mampu mengambil
keputusan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Jadi, penekanan dalam
pembelajaran IPA adalah bagaimana seorang guru dapat mengembangkan
pemahaman siswa dalammengelola pemikirannya untuk menghubungkan satu
fenomena dengan fenomena yang lain di lingkungan sekitarnya sehingga
memperoleh suatu ide atau gagasan yang baru tentang suatu objek yang
diamati dan memikirkan cara pemecahan masalahnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP, 2006) IPA Sekolah Dasar terdapat empat kompetensi dasar yang
harus dikuasai oleh siswa. Salah satu kompetensi tersebut adalah
pengaruh gaya terhadap gerak benda yaitu pengaruh gaya terhadap benda
diam dan pengaruh gaya terhadap benda bergerak.Pemahaman konsep pengaruh
gaya terhadap gerak benda harus dikuasai oleh siswa Sekolah Dasar,
karena pengaruh gaya terhadap gerak benda sangat berhubungan langsung
dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, guru sebagai
pengajar perlu menanamkan konsep pengaruh gaya terhadap gerak benda
dengan baik sehingga siswa dapat mengerti dan paham tentang konsep
pengaruh gaya terhadap gerak benda. Namun kenyataan yang ditemukan di
lapangan dalam pembelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar khususnya
pengaruh gaya terhadap gerak benda tidak sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri ........ pada tanggal 4-6
Februari 2010 terungkap bahwa hasil belajarsiswa pada pokok bahasan
pengaruh gaya terhadap gerak benda masih tergolong rendah. Dari 17
jumlah siswa hanya 8 orang siswa yang memiliki hasil yang bagus pada
pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda.
Masalah tersebut diakibatkan karena dalam
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas kurang efektif
dan efisien, diantaranya: 1)Guru dalam mengajarkan materi tentang
pengaruh gaya terhadap gerak benda kurang melakukan kegiatan percobaan,
2)Guru dalam menyajikan materi pelajaran IPA khususnya tentang pengaruh
gaya terhadap gerak benda, hanya menggunakan metode ceramah sehingga
siswa tidak mampu memahami konsep pengaruh gaya terhadap gerak benda, 3)
Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dalam
menyelesaikan masalah tentang pengaruh gaya terhadap gerak benda, 4)
Guru tidak menggunakan alat peraga atau media dalam melakukan proses
pembelajaran tentang pengaruh gaya terhadap gerak benda.
Rendahnya hasil belajar siswa pada pokok
bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda kelas IV SD Negeri .................. perlu dicari solusi sebagai upaya peningkatan hasil
belajar siswa pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerakbenda yaitu
dengan menggunakan strategi pembelajaran Inkuiri. Karena strategi ini
akan membawa hasil yang optimal dan memuaskan dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda.
Strategi pembelajaran inkuiri memberi
kesempatan secara optimal kepada siswa, siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran sehingga pengetahuan yang dipelajarinyadapat
tersimpan secara permanen dalam ingatannya. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Khaeruddin dan Eko (2005:51) bahwa “Strategi pembelajaran inkuiri
tidak hanya menuangkan informasi ke dalam ingatan siswa, tetapi
mengusahakan bagaimana konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam
kuat dalam ingatan siswa”.
Strategi pembelajaran Inkuiri merupakan
strategi yang banyak dianjurkan untuk dipergunakan dalam proses belajar
mengajar IPA. Karena strategi pembelajaran Inkuiri memiliki keunggulan
seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2009:208) bahwa:
Ada beberapa keunggulan dalam penggunaan
strategi pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran IPA yaitu: a. strategi
pembelajaran Inkuiri lebih menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang; b, memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka; c,sesuai
dengan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman; d strategi pembelajaran
Inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata”.Dengan demikian dari beberapa keunggulan strategi
pembelajaran Inkuiri yang telah dipaparkan di atas maka tidak diragukan
lagi untuk mengembangkan kemampuan berpikir sistematis siswa sehingga
mampu mendorong siswa menggunakan konsep materi yang dimilikinya dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan
pribadi, sekolah maupun masyarakat.
Apabila
permasalahan-permasalahan di atas dapat dihadapi tentu permasalahanpada
pembelajaran konsep pengaruh gaya terhadap gerak benda dan solusi yang
telah dikemukakan maka penulis bersama guru dengan ridho dari Allah SWT
akan mengangkat sebuah Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran pengaruh gaya terhadap gerak
benda melalui strategi pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas IV SD
Negeri ..................”
Selengkapnya dapat anda
Download Di Sini
PROPOSAL PTK: Pengaruh Aktivitas Membaca Di Perpustakaan
Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa
Kelas IV SDN ................
A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan merupakan tanggung
jawab semua pihak dalam arti bahwa orang tua, guru, tokoh masyarakat dan
pemerintah harus bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi. Khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah/guru memiliki peranan yang
cukup besar dalam rangka membelajarkan subyek didik dalam beragam
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Sekolah (khususnya para
guru), mengembangkan pembelajaran yang terencana, sistimatis dan
terkordinasi. Selain itu , sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
sangat diharapkan partisipasinya dalam rangkah mencapai tujuan
pendidikan pada umumnya dan tujuan intruksional pada khususnya.
Untuk mewujudkan tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan, para guru selalu merencanakan kegiatan mengajarnya
dengan mempertimbangkan berbagai aspek baik yang bersumber dari subyek
yang belajar maupun yang bersumber dari lingkungan belajar.
Rancangan pengajaran (disain
instruksional ) merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh para guru
untuk memperlancar aktivitas pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Margaret E. Bell yang mengatakan bahwa
pembelajaran mesti direncanakan agar kegiatan pembelajaran siswa dapat
berjalan dengan baik.
Kalau para guru sudah merencanakan
kegiatan mengajarnya dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran, tentu aktivitas siswa belajar lancar.
Ini berarti bahwa efaektivitas pembelajaran sangat menunjang bahkan
sangat menentukan pencapaian tujuan pengajaran.
Salah satu indikasi tercapainya tujuan pengajaran ialah meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam arti bahwa kemampuan kognitif, afektif
serta psiko-motorik siswa berkembang secara bersama.
Meningkatnya prestasi belajar siswa
merupakan salah satu ciri dari meningkatnya kualitas / mutu pendidikan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Slamet sebagai berikut :
- Kualitas pendidikan dapat diukur dari berbagai aspek antara lain
:Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai pada semua
jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
- Meningkatnya prestasi yang dicapai oleh siswa hampir pada semua bidang studi.
- Semakin profeasionalnya guru dalam melaksanakan tugas pengajaran.
- Penyesuaian dan pembaharuan kurikulum sesuai dinamika perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (1995:23 ).
Sarana dan prasarana pendidikan dan
pembelajaran senang tiasa diupayakan pada semua jalur dan jenjang
pendidikan, namun selalu saja dirasakan adanya kekurangan karena jumlah
sekolah dan jenis sekolah yang membutuhkan cukup besar. Biaya yang
dialokasikan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah pendidikan
khususnya pembelajaran nampaknya belum memadai. Penataran dan penelitian
guru selalu diadakan untuk meningkatkan profesionalisme guru tersebut
dalam melaksanakan tugasnya.
Pemerintah (dalam hal ini Departemen
Pendidikan Nasional) tidak henti-hentinya mengupayakan pembenahan bidang
pendidikan sebab disadari bahwa selain saran dan prasarana, komponen
lainnya seperti sumber belajar, tenaga dan sistem harus ditingkatkan
kualitasnya. Semua itu dimaksud agar proses berjalan dengan lancar dan
prestasi belajar subyek didik semakin meningkat. Kalau prestasi belajar
subyek didik sudah meningkat pada sewmua jenis dan jenjang berarti
kualitas pendidikan dapat pula ditingkatkan.
Salah satu aspek dari upaya peningkatan
kualitas pendidikan yang berkaitan erat dengan judul Ptk ini adalah
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Perpustakaan
sekolah merupakan sarana penunjang membantu subyek didik dalam
memperlancar proses belajarnya.
Sulyto Basuki menyatakan bahwa :
Buku merupakan alat bantu manusia untuk
belajar sejak mulai dapat membaca, memasuki bangku sekolah hingga
bekerja. Karena perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sedangkan
buku dikaitkan dengan krgiatan belajar, maka perpustakaan pun selalu
dikaitkan dengan kegiatan belajar. (1991:4).
Pentingnya perpustakaan khususnya perpustakaan sekolah bagi siswa yang belajar tentu tidak dapat dipungkiri lagi.
Melalui buku yang ada diperpustakaan,
siswa-siswa membaca atau meminjam buku sehingga pengetahuannya semakin
meningkat. Dengan demikian buku perpustakaan dapat berfungsi sebagai
salah satu sumber belajar peranan guru dalam meningkatkan motivasi siswa
untuk mencintai perpustakaan dan meminati buku bacaan sangat diharapkan
terutama dalam meningkatkan prestasi belajar. Kualitas pendidikan dapat
ditingkatkan jika guru melaksanakan peranannya sebagai edukator,
motivator, dan vasilitator dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan
hal tersebut diatas, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian
dan penelitian ini berfokus pada ada tidaknya pengaruh aktifitas membaca
perpustakaan terdapat prestasi belajar siswa, khusunya siwa kelas IV
SDN ............................
Selengkapnya dapat anda
Download Di Sini
PROPOSAL PTK: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group
Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VI SDN ........................ Tentang Ekosistem
Dalam proses belajar mengajar di kelas,
guru pasti dihadapkan pada kondisi pembelajaran dengan jumlah siswa,
gender, latar belakang etnis, agama, sosio-ekonomi, budaya, tingkah laku
dan kemampuan akademik siswa yang beraneka ragam sehingga untuk
mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran, bukanlah suatu hal yang
mudah. Guru dituntut profesional untuk melaksanakan semua itu. Peranan
yang diemban oleh guru tidak hanya sekedar mengupayakan agar siswa dapa
memperoleh berbagai ragam ilmu pengetahuan dan keterampilan. Akan tetapi
lebih dari itu, seorang guru harus dapat mendorong siswa untuk dapat
bekerja secara berkelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara
berpikir logis, sistimatis, kreatif, cerdas, dan rasa ingin tahu dan
dapat menciptakan suasana yang membuat aktif siswa di dalam proses
pembelajaran.
Bila siswa diberikan tanggung jawab yang
lebih besar, maka siswa akan lebih serius belajar. Hal ini senada dengan
pandangan Bejarono (1987) yang mengatakan bahwa pembelajaran yang
dianggap paling baik yaitu siswa terlibat secara aktif di dalam proses
belajar mengajar.
Mata Pelajaran IPA dipahami oleh siswa
sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik. , sehingga pada
akhirnya berpengaruh terhadap sikap siswa yang kurang aktif dan tidak
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini berakibat pada
rendahnya prestasi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa pada mata
pelajaran ini.
Padahal, mata pelajaran IPA adalah salah
satu mata pelajaran yang sangat penting, karena mata pelajaran ini di
samping menjadi salah satu mata pelajaran yang diujiannasionalkan juga
mencakup komponen kemampuan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan
berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Dalam Permen Nomor
23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk mata pelajaran
IPA di sekolah dasar ditetapkanpkan bahwa standar kompetensi lulusan
mata pelajaran IPA di tingkat sekolah dasar adalah :
- Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis
- Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan
tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya
- Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup
- Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda, dan kegunaannya
- Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya
- Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan
permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia
Berdasarkan catatan dokumentasi, proses
pembelajaran di kelas VI SDN .......................... pada kompetensi dasar
“mengideintifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbanan
alam (ekosistem) “ dengan model pengajaran langsung ternyata tidak mampu
meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga pada saat penilaian
prestasi belajar yang diperoleh sangat mengecewakan.
Kurangnya aktivitas dan minat siswa
terhadap pelajaran mengakibatkan rendahnya tingkat daya serap. Catatan
dokumentasi tahun lalu dari salah satu kelas yang muridnya berjumlah 24
orang terdapat 11 orang siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal
(SKBM = 70) dan 13 orang siswa lain nilainya berada di bawah kriteria
ketuntasan minimal. Kenyataan ini menunjukkan bahwa para siswa tidak
mampu menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Rerata klasikal hanya
mampu mencapai 60,3. Ini memberikan asumsi bahwa daya serap siswa secara
klasikal hanya mencapai 61 persen. Sungguh merupakan suatu masalah
serius yang patut mendapat penanganan secara tepat.
Ketuntasan belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Hudoyo (1988:6) faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar IPA adalah peserta
didik, pengajar, sarana prasarana, dan penilaian. Rendahnya ketuntasan
belajar IPA dipengaruhi oleh aktviitas siswa dan rendahnya aktviitas
siswa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh strategi pembelajaran
yang diterapkan oleh guru.
Masalah ini yang mendorong munculnya gagasan untuk menekankan kepada
pengajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
melatih kemampuan berpikir, bernalar dan menggali segenap potensi yang
ada pada dirinya. Siswa diarahkan agar mampu menempatkan dirinya sebagai
pemeran penting dalam proses pembelajaran yaitu suatu proses belajar
yang melibatkan siswa secara aktif. Strategi pembelajaran ini merupakan
suatu bentuk inovasi untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang
menantang dan menyenangkan agar dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Rendahnya keaktifan dan motivasi belajar
siswa dalam proses pembelajaran IPA telah lama menjadi permasalahan guru
di SDN .................... Telah berbagai strategi pembelajaran model
kelompok diterapkan dan dilakukan, namun proses pembelajaran hanya
didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang berkemampuan
rendah dan sedang tidak memperlihatkan partisipasinya dalam
pembelajaran, sehingga tidak terjadi interaksi dalam pembelajaran,
terutama interaksi antara siswa dengan siswa.
Dalam kondisi seperti itu, tujuan
pembelajaran model kelompok tidak terwujud karena siswa tidak mampu
bekerja sama, tidak mampu menyampaikan pendapat dan menanggapi pendapat
orang lain. Hal ini merupakan kegagalan guru dalam proses pembelajaran.
Ada kecenderungan pembelajaran terpusat kepada guru (teacher centered).
Tidak ada umpan balik (feedback) dari siswa sehingga proses pembelajaran
tidak bermutu. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa hasil penilaian
proses tidak sesuai dengan harapan.
Oleh karena
itu, untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa kelas VI SDN ...................... dalam proses pembelajaran IPA, perlu penggunaan model
pembelajaran yang tepat, yang dapat membangkitkan minat, keaktifan, dan
motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang terpusat
kepada guru (teacher centered) harus diubah menjadi pembelajaran yang
terpusat kepada siswa (student centered). Artinya, pembelajaran terfokus
pada penguasaan siswa atas materi dan penciptaan suasana belajar yang
efektif dan menyenangkan, sehingga memudahkan siswa memahami pelajaran
yang disajikan oleh guru. Keaktifan dan motivasi belajar siswa dalam
proses pembelajaran akan memberikan pengaruh yang besar untuk menjaga
kelangsungan belajar siswa dalam tingkat kesungguhan belajar yang
tinggi.
Selengkapnya dapat anda
Download Di Sini
PROPOSAL PTK: Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
Pada Penjumlahan Pecahan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V
SDN ................
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya
merupakan bagian dari upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional yang
dituangkan dalam kurikulum pendidikan nasional yang berbunyi :
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri menjadi warga negara yang
demokratis serta tanggung jawab, undang-undang sisdiknas No 20 tahun
2003 (2007:98).
Dalam upaya untuk memajukan suatu
kehidupan bangsa dan negara sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
maka didalamnya terjadi proses pendidikan atau proses belajar mengajar
akan memberikan pengertian pada pandangan dan penyesuaian bagi seseorang
atau siterdidik kearah kematangan dan kedewasaan. Dengan proses ini
akan membawa pengaruh terhadap perkembangan jiwa dan potensi seseorang
peserta didik kearah yang lebih dinamis baik terhadap bakat atau
pengalaman, moral, intelektual, maupun fisik.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah
telah melakukan sebagai upaya salah satunya pada mata pelajaran
matematika. Karena matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang
memegang peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
pikir manusia.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V SDN ................. tentang pecahan di simpulkan bahwa :
- Siswa belum memahami tentang pecahan
- Siswa lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mereka
butuhkan
- Adanya fakta bahwa hasil belajar matematika pada SDN .......... masih
sangat rendah. Hasil belajar siswa yang diperoleh pada mid semester
nilai rata-ratanya hanya mencapai 46,25.
Pemahaman siswa yang rendah antara lain
disebabkan karena pada umumnya dalam proses pembelajaran yang diterapkan
di SD masih cenderung bersifat konvensional dengan hanya mendengar
ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan pembelajarannya didominasi
oleh guru dan sedikit melibatkan siswa. Sehingga siswa menjadi cepat
bosan dan malas dalam mengikuti materi pelajaran. Selain itu interaksi
antara guru dan siswa selama proses pembelajaran sangat minim. Akibatnya
penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan tidak tuntas. Dengen
demikian aktifitas belajarnya menjadi rendah. Untuk dapat memahami suatu
konsep atau teori dalam matematika bukanlah suatu pekerjaan mudah.
Sehingga untuk
mempelajari matematika dengan baik diperlukan aktivitas belajar yang baik.
Salah satu pendekatan yang di asumsiukan dapat meningkatkan pemahaman
belajar dan siswa senang belajar adalah dengan menggunakan pendekatan
realistik.
Menurut Gusti (2001) matematika realistik
ini merupakan pendekatan pembelajaran bertitik tolak dari hal-hal yang
nyata bagi siswa yang menekankan keterampilan berdiskusi berargumentasi
dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada
akhirnya menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara
individual maupun kelompok.
(Fausi 2002 ) menyatakan bahwa pendekatan
matematika relistik dalam penjumlahan pecahan adalah pendekatan yang
memberikan aktifitas untuk mencapai tujuan pemehaman melalui lima tahap
yaitu, (1) tahap memehami masalah kontekstual, (2) tahap menyelesaikan
masalah, (3) tahap membandingkan jawaban/mendiskusikan jawaaban , dan
(5) tahap menyimpulkan .
Pada pendekatan realistik, proses
pembelajaran harus di pandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan
yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau
berpartisifasi dalam aktifitas pembelajaran. Pada pendekatan ini
guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing
atau pemimping pengajaran yang demokratis, sehingga di harapkan peserta
didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk
kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Berdasarkan
hal tersebut diatas, maka penulis termotivasi untuk mengangkat judul
Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Pada Penjumlahan
Pecahan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN ........................... Penelitian ini dilatar belakangi adanya
fakta/kenyataan yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih
sangat rendah dengan menggunakan pendekatan PMR dalam proses
pembelajaran di harapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Selengkapnya dapat anda
Download Di Sini
PROPOSAL PTK: Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Media
Torso Pada Murid Kelas IV SD ................
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam lingkungan sekolah pada
hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003 : 7 ) ditegaskan bahwa :
Fungsi pendidikan nasional yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam rangka mengimplementasikan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional di atas, berbagai komponen pendidikan
harus saling mendukung, antara lain : guru, kurikulum, sumber belajar,
dan media pembelajaran. Murid sebagai sasaran pembelajaran, dituntut
untuk meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga dapat memiliki prestasi
belajar yang baik, diantaranya melaliu penggunaan media dalam
pembelajaran.
Bagi pengajar perlu diingat bahwa salah
satu hal yang sangat penting untuk membuat pembalajaran menjadi efektif
adalah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan
topik-topik mata pelajaran yang diajarkan, khususnya dalam melakukan
komunikasi dengan anak didik agar mereka mudah memahami informasi yang
kita sampaikan sehingga sumber daya yang dihasilkan lebih berkualitas
dan sesuai dengan yang kita harapkan.
Proses komunikasi, utamanya dalam
lingkungan pendidikan formal (sekolah) seorang guru dituntut untuk dapat
menyampaikan atau menginformasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada
murid yang diajarnya (anak didik) dalam suatu kegiatan pembelajaran
dengan tujuan agar pengetahuan yang dimiliki guru dapat dikuasai oleh
murid. Sehingga dengan adanya proses komunikasi tersebut guru diharapkan
dapat menyampaikan pengalamannya atau pengetahuannya kepada muridnya
dan murid pun menerima atau memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.
Dengan demikian kegiatan pembelajaran tersebut bermakna bagi murid.
Kendatipun demikian upaya tersebut tidak selalu sesuai apa yang kita
harapkan, karena dalam kegiatan pembelajaran proses komunikasi tidak
selalu berjalan dengan lancar, bahkan dapat menimbulkan kebingungan dan
salah pengertian.
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan
terjadi salah komunikasi, maka digunakanlah sarana yang dapat membantu
jalannya proses komunikasi agar berjalan lancar yang biasa juga disebut
dengan media pembalajaran.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan
media dapat mempengaruhi kehidupan seseorang utamanya dalam hal ini
murid sekolah dasar. Dengan adanya media pembalajaran anak akan lebih
mudah memahami apa yang dipelajarinya karena dapat melihat secara
langsung baik melalui gambar maupun melalui benda konkret (nyata).
Upaya untuk
memotivasi belajar anak sangat diarahkan kepada proses belajar mengajar,
dalam hal ini penggunaan media pembelajaran yang baik dan benar dalam
rangka pencapaian tujuan yang optimal disesuaikan dengan kegiatan
belajar mengajar yang berlangsung. Karena adanya penataan dan
perencanaan yang baik dan optimal terutama dalam penggunaan media
pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam proses pembalajaran maka dapat
menghasilkan murid yang mempunyai potensi serta memiliki kemampuan
intelektual sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,
banyak hal yang menuntut murid untuk mencari sesuatu yang belum
diketahui sebelumnya. Di sisi lain guru berupaya memperjelas dan
memberikan kesan yang bermakna kepada murid untuk memahami materi yang
dipelajarinya. Belajar akan lebih bermakna jika murid mengalami sendiri
apa yang dipelajarinya.
Rendahnya tingkat kemampuan murid
menguasai materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena dalam proses
belajar mengajar, yang diterapkan guru selama ini adalah dengan cara
memberikan materi tanpa alat peraga, membacakan naskah pelajaran
sementara murid di minta mendengarkan dan mencatat, sehingga menjadi
murid hanya sekedar sebagai pendengar pasif dalam kelas yang menyebabkan
murid kurang berminat, bahkan bisa kehilangan motivasi belajarnya.
Dengan demikian, tingkat pemahaman murid terhadap materi pelajaran atau
hasil belajar yang diperoleh murid bisa berakibat rendah. Hal tersebut
mengakibatkan hasil yang diperoleh nilai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
pada UTS (Ujian Tengah Semester) semester I tahun 2011 hanya memperoleh
rata-rata 65 (Sumber data sekunder SD ..................................).
Untuk meningkatkan hasil belajar murid,
maka salah satu cara yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan
prestasi murid adalah dengan menggunakan media model torso yang membuat
murid lebih mudah mengerti dan memahami materi yang disampaikan oleh
guru. Penggunaan media torso sangat penting karena terkait dengan
keberhasilan dan kemampuan murid secara utuh. Torso merupakan jenis
media tiga dimensi yang dapat membantu murid dalam belajar, sebab secara
langsung murid berhadapan dengan objek yang sedang dipelajari. Selama
ini di SD ................ tidak
pernah belajar dengan menggunakan media torso, utamanya pada konsep
rangka, sehingga murid kurang paham akan materi tersebut. Berkaitan
dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan
media model torso dalam pembalajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk
meningkatkan hasil belajar murid, khususnya kelas IV.
Selama ini dalam proses belajar mengajar
yang kurang memberikan kesempatan kepada murid untuk secara aktif
memecahkan masalah sendiri akan memberikan hasil yang kurang memuaskan.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk menggunakan media pembelajaran yang
dapat
melatih murid untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahan yang dihadapi tersebut, sehingga dapat menghayati dan memahami materi pelajaran yang diberikan.
Selengkapnya dapat anda
Download Di Sini
PROPOSAL PTK: Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Melalui Metode Membaca Kritis Pada Siswa Kelas V SD ........................
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan kurikulum dalam
lembaga pendidikan
sebagai upaya mempengaruhi para peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan itu sendiri pada
dasarnya mengantarkan para peserta didik menuju pada perubahan-perubahan
tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial agar dapat hidup
mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Akan tetapi berbicara
masalah pendidikan, kadangkala dihadapkan pada mata rantai persoalan
yang tidak jelas ujung pangkalnya dan dari mana harus memulainya. Betapa
pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga dengan demikian
manusia dituntut untuk menuntut ilmu pengetahuan itu melalui
proses pendidikan yang dimaksudkan di atas. Salah satu unsur yang paling penting dalam proses pendidikan adalah belajar.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Bahasa Indonesia
merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat penting di
pelajari khususnya pada tingkat sekolah dasar. Sebab di sekolah dasar
merupakan proses awal untuk pembentukan karakter siswa yang nantinya
akan meningkat pada jenjang selanjutnya.
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
dan sarana yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, selain
sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan terhadap orang lain
serta berfungsi memahami pikiran dan perasaan orang lain. (Depdikbud
1996:3), menyatakan bahwa pengembangan Linguistik Intelegensi
(kemampuan/ kecerdasan berbahasa) bertujuan agar manusia mampu
berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan teman sebaya dengan
menggunakan bahasa Indonesia, baik di sekolah, di rumah, maupun di
sekitar tempat tinggal.
Bahasa Indonesia,
sebagai bahasa nasional telah diajarkan pada semua jenjang pendidikan
mulai dari sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Hal ini
dimaksudkan agar murid atau siswa mampu dan terampil menggunakan kalimat
bahasa Indonesia di kalangan masyarakat, namun sampai sekarang boleh
dikatakan hasil yang dicapai dalam pengajaran bahasa Indonesia belum
memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa peneliti yang pernah
dilakukan, sebelumnya oleh: Jusuf Arruan pada tahun 1991, Silvija M.
Rokot tahun 1995, dan Cotaji M Kumenap pada tahun 1994. Dari penelitian
tersebut masing-masing menyatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia
belum memuaskan.
Mempelajari bahasa Indonesia merupakan hal yang sangat penting untuk
dipelajari oleh setiap manusia khususnya siswa kelas V SD ........................... Akan tetapi pengetahuan Bahasa Indonesia
tidak muda untuk ditransfer begitu saja tetapi butuh proses
pembelajaran.
Keterampilan dalam kemampuan berbahasa
meliputi empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
yang berdasarkan pada kurikulum 1994 maupun dalam kurikulum 2004 yang
berbasis kompetensi. Keempat aspek keterampilan ini menjadi faktor
pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan, dan pendapat, baik secara
lisan maupun tertulis, sesuai dengan konteks komunikasi yang harus
dikuasai oleh pemakai bahasa. Berdasarkan keempat aspek kemampuan
berbahasa tersebut, tujuan umum pembelajaran berbahasa dapat tercapai
(Depdiknas, 2003: 3).
Hal ini senada yang di ungkapkan oleh Lorbach dan Tobin (Efi, 2007 : 4)
mengatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
otak seorang guru kepada siswa, siswa yang harus memaknai apa yang telah
di ajarkan dengan menyesuaikan terhadap pemahamannya.
Proses belajar
yang dimaksud disini adalah sebuah proses yang di lakukan dengan
penerapan beberapa metode dan kemampuan tenaga pendidik untuk memberikan
stimulus kepada siswa sehingga siswa dengan kemampuannya yang di bekali
dengan ilmu pengetahuan mampu memahami pelajaran yang diberikan oleh
guru.
Hasil yang dicapai siswa kelas V SD .................... sebelum dilakukan penelitian
menunjukkan nilai di bawah standar minimal (55%). Dan untuk mengetahui
secara pasti manfaat dari penerapan metode membaca kritis pada siswa
perlu dilakukan penelitian secara mendalam. Dalam penelitian ini, siswa
di harapkan mampu mencapai keriteria ketuntasan minimal (65-85%), dan
mampu memberikan umpan balik dalam artian memberikan respon terhadap
proses membaca materi yang disajikannya. Dan untuk memiliki kemampuan
pemahaman kritis terhadap materi bacaan maka, diperlukan latihan yang
sistematis dan terarah yang tentunya di dahului oleh pola yang
diterapkan oleh tenaga pendidik. Dalam proses belajar-mengajar, salah
satu pendekatan yang ingin diterapkan adalah kemampuan membaca pemahaman
dengan metode membaca kritis.
Selengkapnya
download di sini
PROPOSAL PTK: Penggunaan Model Kooperatif Learning Tipe STAD
dalam Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Fiksi Di Kelas VI SDN .......................
A. Latar Belakang
Materi pembelajaran sastra di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian dari
pembelajaran bahasa Indonesia,
pembelajaran bahasa dan sastra dilaksanakan secara seimbang dan
disajikan secara terpadu (Depdikbud, 1999:20 dan Depdiknas, 2001:14).
Materi pembelajaran sastra memiliki karakteristik yang tidak dimiliki
oleh pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Hal ini sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Solchan Rafi’udin dan Budiasih (dalam Hafid
2002:30) bahwa teks sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh
bahan ajar yang lainnya, yaitu struktur teks, isi pesan, aspek kejiwaan
yang ditumbuhkembangkan dan strategi penangkapan isi teks yang
diperlukan.
Pernyataan
tersebut di atas menunjukkan bahwa pendidikan sekolah dasar bertujuan
membina kemampuan mengapresiasi sastra. Kemampuan yang akan dibentuk
yaitu
kemampuan memahami sastra dan keterampilan mengapresiasi,
karena hal ini harus dimiliki bagi setiap peserta didik. Oleh karena
itu guru harus melatih murid mengapresiasi dan diharapkan dapat
mempertajam perasaan-perasaan penalaran dan daya khayal serta kepekaan
terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidupnya.
Dalam pencapaian kemampuan mengapresiasi
sastra di sekolah dasar, murid diberi pengalaman belajar sastra melalui
kegiatan diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan Beach dan Marshall
(dalam Hafid 2002:7) dalam pembelajaran sastra ada tiga faktor utama
yang berinteraksi secara dinamis, yaitu guru, murid, dan teks. Interaksi
antara ketiga komponen tersebut dapat mengembangkan potensi anak,
karena interaksi dengan karya sastra dapat membantu perkembangan
kognitif, bahasa, moral dan sosial anak.
Salah satu bahan pembelajaran sastra di
SD adalah cerita fiksi. Sejalan dengan itu Mason (dalam Hafid 2002:6)
menyatakan bahwa teks cerita lebih digemari anak-anak daripada buku-buku
cerita. Teks cerita merupakan suatu bentuk sastra yang memiliki
keindahan dan kenikmatan tersendiri.
Bahan pembelajaran cerita fiksi yang
dipilih dan dikembangkan di sekolah dasar harus sesuai dengan
karakteristik siswa. Olehnya itu kesesuaian antara bahan pembelajaran
cerita fiksi dengan karakteristik murid yang berkaitan dengan
perkembangan jiwa dan kemampuan bahasa serta lingkungan hidupnya,
merupakan kriteria yang harus digunakan sebagai pembelajaran cerita
fiksi dengan bahan yang sesuai. Menurut Santosa, (2006:43) ada empat
proses dalam pembelajaran cerita fiksi yaitu (1) pemilihan materi, (2)
pemilihan metode yang sesuai dengan keadaan siswa, (3) kegiatan
pembelajaran apresiasi sastra anak, dan (4) evaluasi belajar sebagai
indikator keberhasilan pembelajaran apresiasi sastra.
Guru diharapkan tidak memandang aktifitas
pembelajaran sastra sebagai suatu pekerjaan yang selesai dalam waktu
yang singkat, tetapi dapat dipandang sebagai suatu proses secara
bertahap dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pembelajaran apresiasi
sastra, yaitu murid mampu memahami unsur-unsur karya sastra.
Harapan tersebut di atas belum sesuai
dengan kenyataan, hal ini terungkap melalui prapenelitian pada bulan
Desember 2011 di kelas VI SDN ....................., melalui observasi dan
wawancara kepada guru dan siswa. Dari hasil observasi terungkap: yaitu
(1) guru dalam mengajarkan cerita fiksi belum maksimal, guru hanya
menentukan tema saja, tidak menentukan unsur-unsur lainya seperti
menentukan alur, perwatakan, latar dalam cerita, (2) guru kurang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, yaitu hanya
dapat mendengarkan cerita yang dibaca oleh guru dalam hal ini siswa
tidak diajak untuk mendiskusikan tentang tema, alur, perwatakan dan
latar yang terkandung dalam cerita tesebut, (3) dalam proses
pembelajaran, guru tidak membentuk kelompok diskusi kepada siswa, dalam
menemukan tema, alur, perwatakan dan latar dalam cerita fiksi, (4) guru
kurang mempresentasekan hasil kerja kelompok mengapresiasi cerita fiksi
di depan kelas, tetapi guru hanya mengumpulkan saja hasil kerja kelompok
siswa.
Selain itu juga berdasarkan hasil tes
prapenelitian kepada siswa kelas VI SDN ......................... tersebut
terungkap: (1) murid tidak mampu membedakan antara tema dan judul
cerita, (2) murid sulit menentukan tema, alur, seting dan amanat yang
tekandung dalam sebuah cerita fiksi tersebut dengan baik, (3) murid
sukar menetukan jalannya cerita, (4) murid sukar menentukan sifat-sifat
tokoh dalam cerita. Tes prapenelitian yang dilakukan hanya mencapai 45%
murid yang dapat menentukan unsur-unsur yang terkandung dalam cerita
fiksi dan 55% murid yang masih rendah dalam menentukan unsr-unsur yang
terkandung dalam cerita fiksi tersebut.
Dari hasil temuan di atas, dapat
disimpulkan bahwa penyebab rendahnya kemampuan mengapresiasi cerita
fiksi adalah ketidakmampuan guru menggunakan pendekatan yang sesuai yang
dilakukan oleh guru sehingga murid tidak dapat menentukan unsur-unsur
yang terkandung dalam cerita fiksi.
Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi
akan berdampak negatif pada siswa, dalam hal ini siswa tidak dapat
memahami unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita fiksi, dan
juga akan berdampak pada rendahnya minat
mengapresiasi karya sastra.
Untuk itu peneliti bermaksud untuk mengatasi permasalahan di atas
dengan menggunakan pendekatan kooperatif model STAD (Student Teams
Achievement Divisions). Sejalan dengan itu Nur (1998:9) menyatakan bahwa
untuk mencapai pembelajaran sastra yang maksimal guru harus menggunakan
model koperatif learning tipe STAD dan membuat kelompok diskusi kecil,
sehingga dapat membantu murid dalam meningkatkan keaktifan antar mereka
dan saling kerjasama dalam proses pembelajaran cerita fiksi.
Anggota-anggota kelompok memiliki
tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama. Kelompok-kelompok kecil ini saling berinteraksi satu
sama lain dan berusaha menemukan jawaban terhadap permasalahan yang
dihadapi. Tujuan pembentukan kelompok kecil ini akan memudahkan murid
yang berkemampuan rendah dapat berinteraksi dengan teman kelompoknya
yang dianggap mampu.
Berdasarkan
harapan dan kenyataan tersebut di atas, maka peneliti melakukan
tindakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul Penggunaan Model Kooperatif Learning Tipe STAD Dalam
Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Fiksi di Kelas VI SDN .....................
Selengkapnya dapat anda
Download Di Sini
Tunggu Posting selanjutnya.................
yang perlu aja lah......