Judul Berjalan

TULISAN MOUSE BERJALAN

BERJALAN KEKANAN DAN KEKIRI

SELAMAT BERGABUNG DENGAN KANGTARJOSENDANGREJO..... AYO LATIHAN NGE BLOG BERSAMA-SAMA

Berjalan kekanan kekiri

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI MINAL AIDZIN WAL FA IDZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

LAGI-LAGI PROPOSAL PTK

PROPOSAL PTK : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SD........


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No.20, Tahun 2003).
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan mendorong siswa untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pengajaran bidangpendidikan IPA khususnya di SDdapat diartikan sebagai pengajaran yang mengenai konsep kealaman atau pendidikan yang menyentuh aspek alam beserta kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Trianto (2006:100) mendefenisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Di samping itu pengajaran bidang pendidikan IPA khusunya di SD dapat diartikan sebagai pengajaran yang mengenai konsep kealaman atau pendidikan yang menyentuh aspek alam beserta kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar.
Mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan salah satu program pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat serta dapat memecahkan masalah danmembuat keputusan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Abruscato (Khairudin dan Soedjono, 2005: 15) yangmenyatakan bahwa “IPA diajarkan di kelas dapat: 1)mengembangkan kognitif siswa, 2)mengembangkan afektif siswa, 3) mengembangkan psikomotorik siswa, 4)  mengembangkan kreativitas siswa,  5) melatih siswa berfikir kritis”.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tujuan mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu: 1) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya, 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep ilmu pengetahuan alam  yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang ada hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5) Meningkatkan kesadaran untuk lingkungan alam, 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik, kreativitas serta melatih siswa dalam berpikir kritis dalam memahami fenomena-fenomena yang terjadi di alam atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar sehingga siswa dapat memecahkan masalah tentang isu-isu sosial dalammasyarakat yang menjadi tantangan hidup dan mampu mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Jadi, penekanan dalam pembelajaran IPA adalah bagaimana seorang guru dapat mengembangkan pemahaman siswa dalammengelola pemikirannya untuk menghubungkan satu fenomena dengan fenomena yang lain di lingkungan sekitarnya sehingga memperoleh suatu ide atau gagasan yang baru tentang suatu objek yang diamati  dan memikirkan cara pemecahan masalahnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) IPA Sekolah Dasar terdapat empat kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Salah satu kompetensi tersebut adalah pengaruh gaya terhadap gerak benda yaitu pengaruh gaya terhadap benda diam dan pengaruh gaya terhadap benda bergerak.Pemahaman konsep pengaruh gaya terhadap gerak benda harus dikuasai oleh siswa Sekolah Dasar, karena pengaruh gaya terhadap gerak benda sangat berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, guru sebagai pengajar perlu menanamkan konsep pengaruh gaya terhadap gerak benda dengan baik sehingga siswa dapat mengerti dan paham tentang konsep pengaruh gaya terhadap gerak benda. Namun kenyataan yang ditemukan  di lapangan dalam pembelajaran IPA  kelas IV Sekolah Dasar khususnya  pengaruh gaya terhadap gerak benda  tidak sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri ........ pada tanggal 4-6 Februari 2010 terungkap bahwa hasil belajarsiswa pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda masih tergolong rendah. Dari 17 jumlah siswa hanya 8 orang siswa yang memiliki hasil yang bagus pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda.
Masalah tersebut diakibatkan karena dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas kurang efektif dan efisien, diantaranya: 1)Guru dalam mengajarkan materi tentang pengaruh gaya terhadap gerak benda kurang melakukan kegiatan percobaan, 2)Guru dalam menyajikan materi pelajaran IPA khususnya tentang pengaruh gaya terhadap gerak benda, hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa tidak mampu memahami konsep pengaruh gaya terhadap gerak benda, 3) Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah tentang pengaruh gaya terhadap gerak benda, 4) Guru tidak menggunakan alat peraga atau media dalam melakukan proses pembelajaran  tentang pengaruh gaya terhadap gerak benda.
Rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda kelas IV SD Negeri .................. perlu dicari solusi sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerakbenda yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran Inkuiri. Karena strategi ini akan membawa hasil yang optimal dan memuaskan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda.
Strategi pembelajaran inkuiri memberi kesempatan secara optimal kepada siswa, siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga pengetahuan yang dipelajarinyadapat tersimpan secara permanen dalam ingatannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Khaeruddin dan Eko (2005:51) bahwa “Strategi pembelajaran inkuiri tidak hanya menuangkan informasi ke dalam ingatan siswa, tetapi mengusahakan bagaimana konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam ingatan siswa”.
Strategi pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang banyak dianjurkan untuk dipergunakan dalam proses belajar mengajar IPA. Karena strategi pembelajaran Inkuiri memiliki keunggulan seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2009:208) bahwa:
Ada beberapa keunggulan dalam penggunaan strategi pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran IPA yaitu: a. strategi pembelajaran Inkuiri lebih menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang; b, memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka; c,sesuai dengan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman; d strategi pembelajaran Inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata”.Dengan demikian dari beberapa keunggulan strategi pembelajaran Inkuiri yang telah dipaparkan di atas maka tidak diragukan lagi untuk mengembangkan kemampuan berpikir sistematis siswa sehingga mampu mendorong siswa menggunakan konsep materi yang dimilikinya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan pribadi, sekolah maupun masyarakat.
Apabila permasalahan-permasalahan di atas dapat dihadapi tentu permasalahanpada pembelajaran konsep pengaruh gaya terhadap gerak benda dan solusi yang telah dikemukakan maka penulis  bersama guru dengan ridho dari Allah SWT akan mengangkat sebuah Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pengaruh gaya terhadap gerak benda melalui strategi pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri ..................
Selengkapnya dapat anda Download Di Sini

PROPOSAL PTK: Pengaruh Aktivitas Membaca Di Perpustakaan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN ................

A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak dalam arti bahwa orang tua, guru, tokoh masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. Khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah/guru memiliki peranan yang cukup besar dalam rangka membelajarkan subyek didik dalam beragam pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Sekolah (khususnya para guru), mengembangkan pembelajaran yang terencana, sistimatis dan terkordinasi. Selain itu , sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat diharapkan partisipasinya dalam rangkah mencapai tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan intruksional pada khususnya.
Untuk mewujudkan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, para guru selalu merencanakan kegiatan mengajarnya dengan mempertimbangkan berbagai aspek baik yang bersumber dari subyek yang belajar maupun yang bersumber dari lingkungan belajar.
Rancangan pengajaran (disain instruksional ) merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh para guru untuk memperlancar aktivitas pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Margaret E. Bell yang mengatakan bahwa pembelajaran mesti direncanakan agar kegiatan pembelajaran siswa dapat berjalan dengan baik.
Kalau para guru sudah merencanakan kegiatan mengajarnya dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, tentu aktivitas siswa belajar lancar. Ini berarti bahwa efaektivitas pembelajaran sangat menunjang bahkan sangat menentukan pencapaian tujuan pengajaran.
Salah satu indikasi tercapainya tujuan pengajaran ialah meningkatkan prestasi belajar siswa dalam arti bahwa kemampuan kognitif, afektif serta psiko-motorik siswa berkembang secara bersama.
Meningkatnya prestasi belajar siswa merupakan salah satu ciri dari meningkatnya kualitas / mutu pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Slamet sebagai berikut :
  1. Kualitas pendidikan dapat diukur dari berbagai aspek antara lain :Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
  2. Meningkatnya prestasi yang dicapai oleh siswa hampir pada semua bidang studi.
  3. Semakin profeasionalnya guru dalam melaksanakan tugas pengajaran.
  4. Penyesuaian dan pembaharuan kurikulum sesuai dinamika perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (1995:23 ).
Sarana dan prasarana pendidikan dan pembelajaran senang tiasa diupayakan pada semua jalur dan jenjang pendidikan, namun selalu saja dirasakan adanya kekurangan karena jumlah sekolah dan jenis sekolah yang membutuhkan cukup besar. Biaya yang dialokasikan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah pendidikan khususnya pembelajaran nampaknya belum memadai. Penataran dan penelitian guru selalu diadakan untuk meningkatkan profesionalisme guru tersebut dalam melaksanakan tugasnya.
Pemerintah (dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional) tidak henti-hentinya mengupayakan pembenahan bidang pendidikan sebab disadari bahwa selain saran dan prasarana, komponen lainnya seperti sumber belajar, tenaga dan sistem harus ditingkatkan kualitasnya. Semua itu dimaksud agar proses berjalan dengan lancar dan prestasi belajar subyek didik semakin meningkat. Kalau prestasi belajar subyek didik sudah meningkat pada sewmua jenis dan jenjang berarti kualitas pendidikan dapat pula ditingkatkan.
Salah satu aspek dari upaya peningkatan kualitas pendidikan yang berkaitan erat dengan judul Ptk ini adalah penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Perpustakaan sekolah merupakan sarana penunjang membantu subyek didik dalam memperlancar proses belajarnya.
Sulyto Basuki menyatakan bahwa :
Buku merupakan alat bantu manusia untuk belajar sejak mulai dapat membaca, memasuki bangku sekolah hingga bekerja. Karena perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sedangkan buku dikaitkan dengan krgiatan belajar, maka perpustakaan pun selalu dikaitkan dengan kegiatan belajar. (1991:4).
Pentingnya perpustakaan khususnya perpustakaan sekolah bagi siswa yang belajar tentu tidak dapat dipungkiri lagi.
Melalui buku yang ada diperpustakaan, siswa-siswa membaca atau meminjam buku sehingga pengetahuannya semakin meningkat. Dengan demikian buku perpustakaan dapat berfungsi sebagai salah satu sumber belajar peranan guru dalam meningkatkan motivasi siswa untuk mencintai perpustakaan dan meminati buku bacaan sangat diharapkan terutama dalam meningkatkan prestasi belajar. Kualitas pendidikan dapat ditingkatkan jika guru melaksanakan peranannya sebagai edukator, motivator, dan vasilitator dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dan penelitian ini berfokus pada ada tidaknya pengaruh aktifitas membaca perpustakaan terdapat prestasi belajar siswa, khusunya siwa kelas IV SDN ............................
Selengkapnya dapat anda Download Di Sini

PROPOSAL PTK: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VI SDN ........................ Tentang Ekosistem

A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru pasti dihadapkan pada kondisi pembelajaran dengan jumlah siswa, gender, latar belakang etnis, agama, sosio-ekonomi, budaya, tingkah laku dan kemampuan akademik siswa yang beraneka ragam sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran, bukanlah suatu hal yang mudah. Guru dituntut profesional untuk melaksanakan semua itu. Peranan yang diemban oleh guru tidak hanya sekedar mengupayakan agar siswa dapa memperoleh berbagai ragam ilmu pengetahuan dan keterampilan. Akan tetapi lebih dari itu, seorang guru harus dapat mendorong siswa untuk dapat bekerja secara berkelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistimatis, kreatif, cerdas, dan rasa ingin tahu dan dapat menciptakan suasana yang membuat aktif siswa di dalam proses pembelajaran.
Bila siswa diberikan tanggung jawab yang lebih besar, maka siswa akan lebih serius belajar. Hal ini senada dengan pandangan Bejarono (1987) yang mengatakan bahwa pembelajaran yang dianggap paling baik yaitu siswa terlibat secara aktif di dalam proses belajar mengajar.
Mata Pelajaran IPA dipahami oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik. , sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap sikap siswa yang kurang aktif dan tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini berakibat pada rendahnya prestasi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran ini.
Padahal, mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena mata pelajaran ini di samping menjadi salah satu mata pelajaran yang diujiannasionalkan juga mencakup komponen kemampuan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Dalam Permen Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk mata pelajaran IPA di sekolah dasar ditetapkanpkan bahwa standar kompetensi lulusan mata pelajaran IPA di tingkat sekolah dasar adalah :
  1. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis
  2. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya
  3. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup
  4. Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda, dan kegunaannya
  5. Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya
  6. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia
Berdasarkan catatan dokumentasi, proses pembelajaran di kelas VI SDN .......................... pada kompetensi dasar “mengideintifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbanan alam (ekosistem) “ dengan model pengajaran langsung ternyata tidak mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga pada saat penilaian prestasi belajar yang diperoleh sangat mengecewakan.
Kurangnya aktivitas dan minat siswa terhadap pelajaran mengakibatkan rendahnya tingkat daya serap. Catatan dokumentasi tahun lalu dari salah satu kelas yang muridnya berjumlah 24 orang terdapat 11 orang siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (SKBM = 70) dan 13 orang siswa lain nilainya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal. Kenyataan ini menunjukkan bahwa para siswa tidak mampu menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Rerata klasikal hanya mampu mencapai 60,3. Ini memberikan asumsi bahwa daya serap siswa secara klasikal hanya mencapai 61 persen. Sungguh merupakan suatu masalah serius yang patut mendapat penanganan secara tepat.
Ketuntasan belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Hudoyo (1988:6) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar IPA adalah peserta didik, pengajar, sarana prasarana, dan penilaian. Rendahnya ketuntasan belajar IPA dipengaruhi oleh aktviitas siswa dan rendahnya aktviitas siswa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Masalah ini yang mendorong munculnya gagasan untuk menekankan kepada pengajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih melatih kemampuan berpikir, bernalar dan menggali segenap potensi yang ada pada dirinya. Siswa diarahkan agar mampu menempatkan dirinya sebagai pemeran penting dalam proses pembelajaran yaitu suatu proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Strategi pembelajaran ini merupakan suatu bentuk inovasi untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menantang dan menyenangkan agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Rendahnya keaktifan dan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA telah lama menjadi permasalahan guru di SDN .................... Telah berbagai strategi pembelajaran model kelompok diterapkan dan dilakukan, namun proses pembelajaran hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang berkemampuan rendah dan sedang tidak memperlihatkan partisipasinya dalam pembelajaran, sehingga tidak terjadi interaksi dalam pembelajaran, terutama interaksi antara siswa dengan siswa.
Dalam kondisi seperti itu, tujuan pembelajaran model kelompok tidak terwujud karena siswa tidak mampu bekerja sama, tidak mampu menyampaikan pendapat dan menanggapi pendapat orang lain. Hal ini merupakan kegagalan guru dalam proses pembelajaran. Ada kecenderungan pembelajaran terpusat kepada guru (teacher centered). Tidak ada umpan balik (feedback) dari siswa sehingga proses pembelajaran tidak bermutu. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa hasil penilaian proses tidak sesuai dengan harapan.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa kelas VI SDN ...................... dalam proses pembelajaran IPA, perlu penggunaan model pembelajaran yang tepat, yang dapat membangkitkan minat, keaktifan, dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang terpusat kepada guru (teacher centered) harus diubah menjadi pembelajaran yang terpusat kepada siswa (student centered). Artinya, pembelajaran terfokus pada penguasaan siswa atas materi dan penciptaan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan, sehingga memudahkan siswa memahami pelajaran yang disajikan oleh guru. Keaktifan dan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran akan memberikan pengaruh yang besar untuk menjaga kelangsungan belajar siswa dalam tingkat kesungguhan belajar yang tinggi.
Selengkapnya dapat anda Download Di Sini




PROPOSAL PTK: Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Pada Penjumlahan Pecahan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN ................

A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional yang dituangkan dalam kurikulum pendidikan nasional yang berbunyi :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab, undang-undang sisdiknas No 20 tahun 2003 (2007:98).
Dalam upaya untuk memajukan suatu kehidupan bangsa dan negara sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan maka didalamnya terjadi proses pendidikan atau proses belajar mengajar akan memberikan pengertian pada pandangan dan penyesuaian bagi seseorang atau siterdidik kearah kematangan dan kedewasaan. Dengan proses ini akan membawa pengaruh terhadap perkembangan jiwa dan potensi seseorang peserta didik kearah yang lebih dinamis baik terhadap bakat atau pengalaman, moral, intelektual, maupun fisik.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah melakukan sebagai upaya salah satunya pada mata pelajaran matematika. Karena matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V SDN ................. tentang pecahan di simpulkan bahwa :
  1. Siswa belum memahami tentang pecahan
  2. Siswa lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mereka butuhkan
  3. Adanya fakta bahwa hasil belajar matematika pada SDN .......... masih sangat rendah. Hasil belajar siswa yang diperoleh pada mid semester nilai rata-ratanya hanya mencapai 46,25.
Pemahaman siswa yang rendah antara lain disebabkan karena pada umumnya dalam proses pembelajaran yang diterapkan di SD masih cenderung bersifat konvensional dengan hanya mendengar ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan pembelajarannya didominasi oleh guru dan sedikit melibatkan siswa. Sehingga siswa menjadi cepat bosan dan malas dalam mengikuti materi pelajaran. Selain itu interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran sangat minim. Akibatnya penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan tidak tuntas. Dengen demikian aktifitas belajarnya menjadi rendah. Untuk dapat memahami suatu konsep atau teori dalam matematika bukanlah suatu pekerjaan mudah. Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik diperlukan aktivitas belajar yang baik.
Salah satu pendekatan yang di asumsiukan dapat meningkatkan pemahaman belajar dan siswa senang belajar adalah dengan menggunakan pendekatan realistik.
Menurut Gusti (2001) matematika realistik ini merupakan pendekatan pembelajaran bertitik tolak dari hal-hal yang nyata bagi siswa yang menekankan keterampilan berdiskusi berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara individual maupun kelompok.
(Fausi 2002 ) menyatakan bahwa pendekatan matematika relistik dalam penjumlahan pecahan adalah pendekatan yang memberikan aktifitas untuk mencapai tujuan pemehaman melalui lima tahap yaitu, (1) tahap memehami masalah kontekstual, (2) tahap menyelesaikan masalah, (3) tahap membandingkan jawaban/mendiskusikan jawaaban , dan (5) tahap menyimpulkan .
Pada pendekatan realistik, proses pembelajaran harus di pandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisifasi dalam aktifitas pembelajaran. Pada pendekatan ini guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimping pengajaran yang demokratis, sehingga di harapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis termotivasi untuk mengangkat judul Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Pada Penjumlahan Pecahan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN ........................... Penelitian ini dilatar belakangi adanya fakta/kenyataan yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih sangat rendah dengan menggunakan pendekatan PMR dalam proses pembelajaran di harapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Selengkapnya dapat anda Download Di Sini


PROPOSAL PTK: Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Media Torso Pada Murid Kelas IV SD ................

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam lingkungan sekolah pada hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003 : 7 ) ditegaskan bahwa :
Fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam rangka mengimplementasikan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas, berbagai komponen pendidikan harus saling mendukung, antara lain : guru, kurikulum, sumber belajar, dan media pembelajaran. Murid sebagai sasaran pembelajaran, dituntut untuk meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga dapat memiliki prestasi belajar yang baik, diantaranya melaliu penggunaan media dalam pembelajaran.
Bagi pengajar perlu diingat bahwa salah satu hal yang sangat penting untuk membuat pembalajaran menjadi efektif adalah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan topik-topik mata pelajaran yang diajarkan, khususnya dalam melakukan komunikasi dengan anak didik agar mereka mudah memahami informasi yang kita sampaikan sehingga sumber daya yang dihasilkan lebih berkualitas dan sesuai dengan yang kita harapkan.
Proses komunikasi, utamanya dalam lingkungan pendidikan formal (sekolah) seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan atau menginformasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid yang diajarnya (anak didik) dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar pengetahuan yang dimiliki guru dapat dikuasai oleh murid. Sehingga dengan adanya proses komunikasi tersebut guru diharapkan dapat menyampaikan pengalamannya atau pengetahuannya kepada muridnya dan murid pun menerima atau memahami apa yang disampaikan oleh gurunya. Dengan demikian kegiatan pembelajaran tersebut bermakna bagi murid. Kendatipun demikian upaya tersebut tidak selalu sesuai apa yang kita harapkan, karena dalam kegiatan pembelajaran proses komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar, bahkan dapat menimbulkan kebingungan dan salah pengertian.
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadi salah komunikasi, maka digunakanlah sarana yang dapat membantu jalannya proses komunikasi agar berjalan lancar yang biasa juga disebut dengan media pembalajaran.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan media dapat mempengaruhi kehidupan seseorang utamanya dalam hal ini murid sekolah dasar. Dengan adanya media pembalajaran anak akan lebih mudah memahami apa yang dipelajarinya karena dapat melihat secara langsung baik melalui gambar maupun melalui benda konkret (nyata).
Upaya untuk memotivasi belajar anak sangat diarahkan kepada proses belajar mengajar, dalam hal ini penggunaan media pembelajaran yang baik dan benar dalam rangka pencapaian tujuan yang optimal disesuaikan dengan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung. Karena adanya penataan dan perencanaan yang baik dan optimal terutama dalam penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam proses pembalajaran maka dapat menghasilkan murid yang mempunyai potensi serta memiliki kemampuan intelektual sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, banyak hal yang menuntut murid untuk mencari sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Di sisi lain guru berupaya memperjelas dan memberikan kesan yang bermakna kepada murid untuk memahami materi yang dipelajarinya. Belajar akan lebih bermakna jika murid mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Rendahnya tingkat kemampuan murid menguasai materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena dalam proses belajar mengajar, yang diterapkan guru selama ini adalah dengan cara memberikan materi tanpa alat peraga, membacakan naskah pelajaran sementara murid di minta mendengarkan dan mencatat, sehingga menjadi murid hanya sekedar sebagai pendengar pasif dalam kelas yang menyebabkan murid kurang berminat, bahkan bisa kehilangan motivasi belajarnya. Dengan demikian, tingkat pemahaman murid terhadap materi pelajaran atau hasil belajar yang diperoleh murid bisa berakibat rendah. Hal tersebut mengakibatkan hasil yang diperoleh nilai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada UTS (Ujian Tengah Semester) semester I tahun 2011 hanya memperoleh rata-rata 65 (Sumber data sekunder SD ..................................).
Untuk meningkatkan hasil belajar murid, maka salah satu cara yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi murid adalah dengan menggunakan media model torso yang membuat murid lebih mudah mengerti dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penggunaan media torso sangat penting karena terkait dengan keberhasilan dan kemampuan murid secara utuh. Torso merupakan jenis media tiga dimensi yang dapat membantu murid dalam belajar, sebab secara langsung murid berhadapan dengan objek yang sedang dipelajari. Selama ini di SD ................ tidak pernah belajar dengan menggunakan media torso, utamanya pada konsep rangka, sehingga murid kurang paham akan materi tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan media model torso dalam pembalajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk meningkatkan hasil belajar murid, khususnya kelas IV.
Selama ini dalam proses belajar mengajar yang kurang memberikan kesempatan kepada murid untuk secara aktif memecahkan masalah sendiri akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menggunakan media pembelajaran yang dapat melatih murid untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahan yang dihadapi tersebut, sehingga dapat menghayati dan memahami materi pelajaran yang diberikan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis merasa perlu melakukan pengkajian secara ilmiah. Untuk maksud tersebut maka perlu melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Media Torso Pada Murid Kelas IV SD .........................”.
Selengkapnya dapat anda Download Di Sini



PROPOSAL PTK: Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Melalui Metode Membaca Kritis Pada Siswa Kelas V SD ........................

A. Latar Belakang


Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan kurikulum dalam lembaga pendidikan sebagai upaya mempengaruhi para peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan itu sendiri pada dasarnya mengantarkan para peserta didik menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Akan tetapi berbicara masalah pendidikan, kadangkala dihadapkan pada mata rantai persoalan yang tidak jelas ujung pangkalnya dan dari mana harus memulainya. Betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga dengan demikian manusia dituntut untuk menuntut ilmu pengetahuan itu melalui proses pendidikan yang dimaksudkan di atas. Salah satu unsur yang paling penting dalam proses pendidikan adalah belajar.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat penting di pelajari khususnya pada tingkat sekolah dasar. Sebab di sekolah dasar merupakan proses awal untuk pembentukan karakter siswa yang nantinya akan meningkat pada jenjang selanjutnya.
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan sarana yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, selain sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan terhadap orang lain serta berfungsi memahami pikiran dan perasaan orang lain. (Depdikbud 1996:3), menyatakan bahwa pengembangan Linguistik Intelegensi (kemampuan/ kecerdasan berbahasa) bertujuan agar manusia mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan teman sebaya dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik di sekolah, di rumah, maupun di sekitar tempat tinggal.
Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional telah diajarkan pada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan agar murid atau siswa mampu dan terampil menggunakan kalimat bahasa Indonesia di kalangan masyarakat, namun sampai sekarang boleh dikatakan hasil yang dicapai dalam pengajaran bahasa Indonesia belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa peneliti yang pernah dilakukan, sebelumnya oleh: Jusuf Arruan pada tahun 1991, Silvija M. Rokot tahun 1995, dan Cotaji M Kumenap pada tahun 1994. Dari penelitian tersebut masing-masing menyatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia belum memuaskan.
Mempelajari bahasa Indonesia merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari oleh setiap manusia khususnya siswa kelas V SD ........................... Akan tetapi pengetahuan Bahasa Indonesia tidak muda untuk ditransfer begitu saja tetapi butuh proses pembelajaran.
Keterampilan dalam kemampuan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang berdasarkan pada kurikulum 1994 maupun dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi. Keempat aspek keterampilan ini menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan, dan pendapat, baik secara lisan maupun tertulis, sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa. Berdasarkan keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut, tujuan umum pembelajaran berbahasa dapat tercapai (Depdiknas, 2003: 3).
Hal ini senada yang di ungkapkan oleh Lorbach dan Tobin (Efi, 2007 : 4) mengatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari otak seorang guru kepada siswa, siswa yang harus memaknai apa yang telah di ajarkan dengan menyesuaikan terhadap pemahamannya. Proses belajar yang dimaksud disini adalah sebuah proses yang di lakukan dengan penerapan beberapa metode dan kemampuan tenaga pendidik untuk memberikan stimulus kepada siswa sehingga siswa dengan kemampuannya yang di bekali dengan ilmu pengetahuan mampu memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.
Hasil yang dicapai siswa kelas V SD .................... sebelum dilakukan penelitian menunjukkan nilai di bawah standar minimal (55%). Dan untuk mengetahui secara pasti manfaat dari penerapan metode membaca kritis pada siswa perlu dilakukan penelitian secara mendalam. Dalam penelitian ini, siswa di harapkan mampu mencapai keriteria ketuntasan minimal (65-85%), dan mampu memberikan umpan balik dalam artian memberikan respon terhadap proses membaca materi yang disajikannya. Dan untuk memiliki kemampuan pemahaman kritis terhadap materi bacaan maka, diperlukan latihan yang sistematis dan terarah yang tentunya di dahului oleh pola yang diterapkan oleh tenaga pendidik. Dalam proses belajar-mengajar, salah satu pendekatan yang ingin diterapkan adalah kemampuan membaca pemahaman dengan metode membaca kritis.
Selengkapnya download di sini 



PROPOSAL PTK: Penggunaan Model Kooperatif Learning Tipe STAD dalam Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Fiksi Di Kelas VI SDN .......................

A. Latar Belakang
Materi pembelajaran sastra di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia, pembelajaran bahasa dan sastra dilaksanakan secara seimbang dan disajikan secara terpadu (Depdikbud, 1999:20 dan Depdiknas, 2001:14). Materi pembelajaran sastra memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Solchan Rafi’udin dan Budiasih (dalam Hafid 2002:30) bahwa teks sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahan ajar yang lainnya, yaitu struktur teks, isi pesan, aspek kejiwaan yang ditumbuhkembangkan dan strategi penangkapan isi teks yang diperlukan.
Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa pendidikan sekolah dasar bertujuan membina kemampuan mengapresiasi sastra. Kemampuan yang akan dibentuk yaitu kemampuan memahami sastra dan keterampilan mengapresiasi, karena hal ini harus dimiliki bagi setiap peserta didik. Oleh karena itu guru harus melatih murid mengapresiasi dan diharapkan dapat mempertajam perasaan-perasaan penalaran dan daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidupnya.
Dalam pencapaian kemampuan mengapresiasi sastra di sekolah dasar, murid diberi pengalaman belajar sastra melalui kegiatan diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan Beach dan Marshall (dalam Hafid 2002:7) dalam pembelajaran sastra ada tiga faktor utama yang berinteraksi secara dinamis, yaitu guru, murid, dan teks. Interaksi antara ketiga komponen tersebut dapat mengembangkan potensi anak, karena interaksi dengan karya sastra dapat membantu perkembangan kognitif, bahasa, moral dan sosial anak.
Salah satu bahan pembelajaran sastra di SD adalah cerita fiksi. Sejalan dengan itu Mason (dalam Hafid 2002:6) menyatakan bahwa teks cerita lebih digemari anak-anak daripada buku-buku cerita. Teks cerita merupakan suatu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri.
Bahan pembelajaran cerita fiksi yang dipilih dan dikembangkan di sekolah dasar harus sesuai dengan karakteristik siswa. Olehnya itu kesesuaian antara bahan pembelajaran cerita fiksi dengan karakteristik murid yang berkaitan dengan perkembangan jiwa dan kemampuan bahasa serta lingkungan hidupnya, merupakan kriteria yang harus digunakan sebagai pembelajaran cerita fiksi dengan bahan yang sesuai. Menurut Santosa, (2006:43) ada empat proses dalam pembelajaran cerita fiksi yaitu (1) pemilihan materi, (2) pemilihan metode yang sesuai dengan keadaan siswa, (3) kegiatan pembelajaran apresiasi sastra anak, dan (4) evaluasi belajar sebagai indikator keberhasilan pembelajaran apresiasi sastra.
Guru diharapkan tidak memandang aktifitas pembelajaran sastra sebagai suatu pekerjaan yang selesai dalam waktu yang singkat, tetapi dapat dipandang sebagai suatu proses secara bertahap dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pembelajaran apresiasi sastra, yaitu murid mampu memahami unsur-unsur karya sastra.
Harapan tersebut di atas belum sesuai dengan kenyataan, hal ini terungkap melalui prapenelitian pada bulan Desember 2011 di kelas VI SDN ....................., melalui observasi dan wawancara kepada guru dan siswa. Dari hasil observasi terungkap: yaitu (1) guru dalam mengajarkan cerita fiksi belum maksimal, guru hanya menentukan tema saja, tidak menentukan unsur-unsur lainya seperti menentukan alur, perwatakan, latar dalam cerita, (2) guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, yaitu hanya dapat mendengarkan cerita yang dibaca oleh guru dalam hal ini siswa tidak diajak untuk mendiskusikan tentang tema, alur, perwatakan dan latar yang terkandung dalam cerita tesebut, (3) dalam proses pembelajaran, guru tidak membentuk kelompok diskusi kepada siswa, dalam menemukan tema, alur, perwatakan dan latar dalam cerita fiksi, (4) guru kurang mempresentasekan hasil kerja kelompok mengapresiasi cerita fiksi di depan kelas, tetapi guru hanya mengumpulkan saja hasil kerja kelompok siswa.
Selain itu juga berdasarkan hasil tes prapenelitian kepada siswa kelas VI SDN ......................... tersebut terungkap: (1) murid tidak mampu membedakan antara tema dan judul cerita, (2) murid sulit menentukan tema, alur, seting dan amanat yang tekandung dalam sebuah cerita fiksi tersebut dengan baik, (3) murid sukar menetukan jalannya cerita, (4) murid sukar menentukan sifat-sifat tokoh dalam cerita. Tes prapenelitian yang dilakukan hanya mencapai 45% murid yang dapat menentukan unsur-unsur yang terkandung dalam cerita fiksi dan 55% murid yang masih rendah dalam menentukan unsr-unsur yang terkandung dalam cerita fiksi tersebut.
Dari hasil temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya kemampuan mengapresiasi cerita fiksi adalah ketidakmampuan guru menggunakan pendekatan yang sesuai yang dilakukan oleh guru sehingga murid tidak dapat menentukan unsur-unsur yang terkandung dalam cerita fiksi.
Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi akan berdampak negatif pada siswa, dalam hal ini siswa tidak dapat memahami unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita fiksi, dan juga akan berdampak pada rendahnya minat mengapresiasi karya sastra. Untuk itu peneliti bermaksud untuk mengatasi permasalahan di atas dengan menggunakan pendekatan kooperatif model STAD (Student Teams Achievement Divisions). Sejalan dengan itu Nur (1998:9) menyatakan bahwa untuk mencapai pembelajaran sastra yang maksimal guru harus menggunakan model koperatif learning tipe STAD dan membuat kelompok diskusi kecil, sehingga dapat membantu murid dalam meningkatkan keaktifan antar mereka dan saling kerjasama dalam proses pembelajaran cerita fiksi.
Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok-kelompok kecil ini saling berinteraksi satu sama lain dan berusaha menemukan jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi. Tujuan pembentukan kelompok kecil ini akan memudahkan murid yang berkemampuan rendah dapat berinteraksi dengan teman kelompoknya yang dianggap mampu.
Berdasarkan harapan dan kenyataan tersebut di atas, maka peneliti melakukan tindakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penggunaan Model Kooperatif Learning Tipe STAD Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Fiksi di Kelas VI SDN .....................
Selengkapnya dapat anda Download Di Sini


Tunggu Posting selanjutnya.................
yang perlu aja lah......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar